JURNALNUSANTARA.NET – Anggota Forum Mebel Kerajinan Dan Seni (Formekers) Indonesia kembali melakukan kegiatan bakti sosial dengan memberikan santunan ke Panti Rehabilitasi Pondok Tetirah Dzikir di Jalan Wonosari Km.10, Kuton, Tegaltirto, Berbah, Sleman, DIY pada Jumat, 10 Mei 2024. Pondok ini dikenal sebagai tempat terapi untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan Pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) melalui praktik dzikir.
Kegiatan ini dipimpin oleh Koordinator Bidang Sosial Kemasyarakatan Formekers Indonesia, Deny Sylvie Novia (Novi), bersama Koordinator Bidang Kreatif, Itock Van Diera, didampingi Agung Wicaksono, Ir. Arif Effendi, Sutarno dan Rinta Ahmadi. Santunan diterima langsung oleh Pengasuh Pondok Tetirah Dzikir, Muhammad Tri Hardono.
“Saya terharu ada yang peduli dengan mantan pecandu napza, orang tidak waras karena sesuatu hal yang bipolar, yang keluarga atau masyarakat tidak menerima atau menyerah dengan perilakunya, tapi bisa diterima dengan baik, sadar dan akhirnya berusaha menjadi lebih baik dengan berganti merawat santri yang bermasalah,” ungkap Novi ditemui usai acara.
“Masyarakat juga kadang takut jika ODGJ atau pecandu narkoba meresahkan karena mereka yang terutama bipolar akan merusak dan diluar kendali, masyarakat biasa tidak mampu mengatasi sehingga dibutuhkan tempat yang tepat untuk menangani dan menyembuhkan perilakunya agar lebih terkontrol dan normal,” imbuhnya.
Muhammad Tri Hardono selaku pimpinan Panti Rehabilitasi Pondok Tetirah Dzikir mengucapkan terimakasih atas kepedulian Formekers Indonesia dan berharap ke depannya dapat bekerjasama dalam hal memberi bimbingan wirausaha bagi para santri yang sudah sembuh dan membutuhkan pelatihan ketrampilan usaha.
“Pondok kami sudah mulai beroperasi merawat santri mulai tahun 2000 dan resmi berbadan hukum pada 12 Mei 2012 dengan jumlah santri saat ini sekitar 150 orang, 60% santri kita penyandang ODGJ dari berbagai rumah sakit seperti Solo, Banyumas, Pakem, RS Sardjito dan juga RS Hardjolukito, 30% merupakan korban Napza, pecandu akut yang sudah berkali – kali keluar masuk rehabilitasi di berbagai tempat tetapi selalu kumat,” papar Hardono.
“Khusus pecandu Napza ini harus ada treatment khusus dengan dimasukkan ke ruangan khalwat (dikurung) dengan pendekatan komunikasi dan selalu didengarkan Dzikir dan Sholawat, dalam Satu Tahun bisa dipulihkan, sedangkan sisanya yang 10% adalah para pasien dengan berbagai permasalahan rumah tangga dan ekonomi, “tambahnya.
Hardono juga menyampaikan bahwa berdasarkan sumber data dari RS Gracia, Pakem, Sleman menyatakan bahwa hampir sekitar 20% warga negara Indonesia berpotensi ODGJ berarti sekitar 40 juta orang Indonesia ditengarai terdapat gangguan kejiwaan akibat dari berbagai persoalan hidup.
Panti rehabilitasi ini lebih menekankan pada pendekatan humanis, banyak sekali korban ODGJ, dan korban Napza masih banyak berkeliaran dan mati sia – sia dan solusi yang paling mujarab adalah Dzikir untuk mendapatkan ketenangan dan mengingat Sang Pencipta.
Hardono berharap pemerintah dapat turut serta membantu penanganan korban ODGJ dan napza di seluruh Indonesia dengan model pendekatan spiritual dzikir ini karena sudah terbukti dapat menyembuhkan pasien ODGJ dan pecandu Napza berubah ke arah yang lebih baik.
Kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh Formekers Indonesia ini merupakan contoh nyata dari komitmen mereka untuk berkontribusi positif bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang membutuhkan perhatian khusus seperti ODGJ dan pecandu narkoba. Semoga upaya mereka membawa manfaat dan harapan bagi kesembuhan serta perubahan ke arah yang lebih baik bagi para santri di Pondok Tetirah Dzikir. (rmd)