JURNALNUSANTARA.NET – Para Pelaku usaha ekspor DIY yang tergabung dalam Forum Mebel Kerajinan dan Seni Indonesia (FORMEKERS INDONESIA) berkolaborasi bersama dengan Permata Bank Yogyakarta menggelar acara KOPIMEKERS Dialog Nasional bertema Prediksi Dan Prospek Pasar & Ekonomi bertempat di Ruang Ballroom Lt. 2 , Royal Malioboro Hotel Yogyakarta. pada Selasa (9/8/2022) malam.
Kopimekers sendiri adalah sebuah wadah untuk ajang berdialog bagi para pelaku usaha Formekers Indonesia dengan menghadirkan nara sumber yang kompeten di bidangnya bersama seluruh stake holder yang dipandang perlu dalam membedah berbagai isu menarik yang berkaitan dengan dunia usaha, budaya dan seni dalam suasana santai tapi serius.
Permata Bank Yogyakarta yang berkolaborasi dengan Formekers Indonesia dalam acara Kopimekers kali ini menghadirkan nara sumber Senior Vice President Economist Permata Bank Pusat, Josua Pardede yang juga merupakan pengamat ekonomi nasional bersama Ketua Formekers Indonesia, Johni Sahlan dan dipandu oleh Imam Baskara selaku host.
Hadir pula pada gelaran Kopimekers ini para pemangku kepentingan diantaranya Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan DIY, Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Wakil Ketua Umum KADIN DIY, ASMINDO DIY, HIMKI DIY, ASEPHI dan para pelaku usaha ekspor DIY dan juga akademisi.
Sementara itu Permata Bank Yogyakarta sendiri selain menghadirkan Senior Ekonom Nasional mereka, hadir pula pejabat Senior Vice President Head, Shariah Wholesae & SME Banking, Budi Wardana, Head Region Jateng-DIY Permata Bank Agus Susanto dan para pejabat Permata Bank Yogyakarta.
Ketua Formekers Indonesia, Johni Sahlan saat ditemui sebelum acara Kopimekers berlangsung menjelaskan bahwa seminar nasional bersama Global Markets Ekonomist Permata Bank dalam Kopimekers ini diselenggarakan untuk membicarakan prospek ekonomi pelaku bisnis ekspor DIY agar mereka dapat mengambil manfaat, mempelajari dan membuat strategi bisnis yang lebih terarah ke depannya, jelasnya.
“Karena perubahan ekonomi dunia saat ini semakin cepat, jadi kita sebagai pelaku bisnis juga harus bergerak jauh lebih cepat lagi, kalo tidak kita akan tertinggal, setiap perubahan geo politik dan ekonomi dunia pengaruhnya bukan lagi regional tetapi global dan sangat cepat,” ujarnya.
“Kita butuh informasi data prediksi ekonomi dunia sehingga kita tidak kalah dengan perubahan-perubahan yang ada, jadi dengan acara ini harapannya temen-temen pelaku bisnis mebel dan craft kita dapat menarik manfaat apa yang bisa kita lakukan untuk tetap menjadi ekportir maju dan berkelanjutan,” harapnya.
Sementara itu Agus Susanto, Head Region Jateng-DIY Permata Bank mengatakan bahwa tujuan acara malam ini adalah memberikan up date informasi mengenai kondisi pasar global yang terjadi kepada teman-teman pelaku usaha ekspor yang tergabung dalam Formekers Indonesia saat ini, ungkapnya.
“Kondisi pasar global saat ini sedang sangat dinamis, banyak sekali perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat dan di luar perkiraan atau prediksi banyak orang, apakah itu akibat geo politik ataupun sulitnya rantai pasokan dan kenaikan harga-harga barang,” katanya.
“Pelaut yang handal tidak dihasilkan dari laut yang tenang, saat ini kita boleh gambarkan situasinya lautnya sedang tidak tenang, kalo para pelaku usaha bisa melewati situasi ini tentu mereka akan menjadi pengusaha yang handal,” tambah Agus.
Josua Pardede selaku ekonom dan nara sumber memaparkan informasi kondisi ekonomi terkini tentang tatanan ekonomi global, ekonomi nasional dan ekonomi Yogyakarta berikut data terbaru resiko global dan tantangan ekonominya kepada para pelaku usaha ekspor Formekers Indonesia.
“Di tengah perlambatan ekonomi global, yang memang sulit kita kontrol saat ini baik dari sisi internal maupun pemerintah, bagaimana pemerintah pusat dan daerah perlu mendukung kondisi ekonomi domestik yang kondusif agar daya beli masyarakat akan tetap meningkat,” paparnya.
“Kita perlu mencari alternatif dengan pengembangan produk – produk baru untuk konsumsi domestik, agar pada akhirnya ketergantungan terhadap global itu akan bisa kita mitigasi dengan kondisi konsumsi domestik yang kuat,” tambahnya.
“Sehingga nantinya kita bisa lihat bahwa industri mebel dan kerajinan baik nasional dan di Yogyakarta akan bisa berdaya saing dan juga memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi tantangan global,” imbuhnya. (rmd)