Wednesday, April 2, 2025
Jurnal Nusantara
HomeEkonomi & BisnisGrand Keisha Hotel Jogja Rayakan Batik Pegon Produksi Rumah Inklusif Keluarga Difabel...

Grand Keisha Hotel Jogja Rayakan Batik Pegon Produksi Rumah Inklusif Keluarga Difabel Kebumen

JURNALNUSANTARA.NET – Grand Keisha Hotel Jogja menggelar ajang promosi “Merayakan Batik Pegon” bersama Rumah Inklusif keluarga Difabel Kebumen bertempat di Sidomukti Ballroom lantai 2 hotel Grand Keisha Jl. Affandi No.9, Soropadan, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55283 pada Selasa (4/4/2023).

“Gembira Berdaya Bersama” jadi tema utama Merayakan Batik Pegon yang dikemas dengan acara Happening Art, Buka Puasa Bersama, Diskusi Filosofi Dan Nilai Ekonomi, Fashion Show dan juga Lelang Batik Pegon.

Banyak tokoh yang turut hadir dalam acara itu diantaranya Dewan Pertimbangan Wakil Presiden RI, KH.M.Imam Abdul Aziz, Nara sumber Diskusi Psikolog UGM Dr.Iva Ariani, S.S.M.hum., Arto Biantoro, dan Syanaz Nadya Winanto, Ustad Anant, Direktur Utama Hotel Grand Keisha Yogyakarta ,H. Ibnu Novel Hafidz, S.Sos, M.M., Koordinator Rumah Inklusif Difabel Kebumen Muinatul Khoiriyah, para pemerhati Batik, Seniman serta awak media.

H. Ibnu Novel Hafidz, S.Sos, M.M. direktur utama Hotel Grand Keisha Yogyakarta , menjelaskan bahwa Acara yang digelar oleh Manajemen Hotel Grand Keisha Jogja ini dalam rangka rangkaian peringatan Nuzulul Quran dan juga wujud dari Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas serta pemangku kepentingan.

“Jadi acara malam hari ini sebenarnya peringatan Nuzulul Quran dimana ayat pertama yang diturunkan adalah Iqro perintah membaca, membaca kehidupan, membaca tanda – tanda, visi – misi dan lainnya dan kami juga memiliki itikad untuk memberdayakan masyarakat,” papar Novel setelah acara Fashion Show dan Lelang Batik Pegon di Grand Keisha pada Selasa (4/4/2023).

“Maka kami melihat ada batik Pegon, Pegon itu huruf yang juga memaknai bahwa dalam hidup kita harus bisa membaca jaman dan sebagainya, dan yang lebih membuat kami simpati bahwa Batik Pegon ini diproduksi oleh rumah inklusif dari keluarga difabel Kebumen,” ungkapnya.

“Sehingga kami gandeng , kami coba berikan ruang agar mereka bisa tumbuh kemudian berjejaring. Kami memiliki jaringan di beberapa kampus, institusi, pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan dan lainnya yang kemudian mereka berkumpul hari ini disini untuk bersama – sama memberdayakan Batik Pegon ini agar semakin dikenal masyarakat luas,” imbuh Novel.

Koordinator Rumah Inklusif Keluarga Difabel Kebumen, Muinatul Khoiriyah saat melelang satu karya Batik Pegon yang punya sejuta cerita dan kenangan (Foto: Rahmad)

Novel menjelaskan bahwa Grand Keisha mengenal Batik Pegon ini melalui media sosial dan pertemanan dimana koordinator rumah inklusif keluarga difabel Muinatul Khoiriyah melihat melalui medsos bahwa Grand Keisha Hotel ternyata dapat melayani tamu dengan bahasa isyarat dan teman – teman difabel dapat terlayani dengan baik, sehingga beliau tertarik dan menjalin komunikasi dengan pihak hotel.

Novel berharap bahwa Batik Pegon ini karena diproduksi oleh teman – teman difabel, semoga bisa menjadi sumber kehidupan bagi mereka agar tidak bergantung lagi dan lebih berdaya.

Sementara itu Koordinator Rumah Inklusif Difabel Kebumen Muinatul Khoiriyah atau yang lebih dikenal dengan Iin mengungkapkan bahwa acara Merayakan Batik Pegon yang dilaksanakan oleh Grand Keisha adalah sebagai hadiah atau surpise bagi para keluarga difabel Kebumen di bulan berkah Ramadhan 1444 H.

“Selama puluhan tahun kita berkarya dengan sebuah komunitas kecil terus kita bisa melahirkan sebuah karya yang bagi orang lain merupakan inspirasi yaitu produk Batik Pegon yang dikerjakan oleh para difabel, bagi kami ini merupakan hadiah yang tidak kami sangka di bulan berkah dari Hotel Grand Keisha untuk merayakan dan mempromosikan Batik Pegon ini,” ungkap Iin.

Iin menjelaskan bahwa rumah inklusif Kebumen sendiri sebenarnya adalah komunitas keluarga – keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus yang awalnya hanya terdiri dari sekitar 7 keuarga yang ingin kehidupan keluarga menjadi keluarga yang inklusif dan tahun 2016 sudah berbadan hukum yayasan.

“Kami bukan mencari belas kasihan menghadirkan orang untuk melihat atas kedifabelan anak – anak kami tetapi mereka bisa melihat melalui karya yang kami hasilkan seperti Batik Pegon ini,” papar Iin.

“Memang kendala utama dari kami dalam berusaha adalah mental dan tekad karena dengan mental dan tekad itu kami yakin apa yang kita lakukan ini pasti berdampak, dan ini sudah bisa kita buktikan bahwa dengan proses membatik (mencanting) menjadi sarana terapi membangun kedekatan emosional antara anak dengan orangtua,” pungkasnya. (rmd)

BERITA TERKAIT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

berita populer

komentar terbaru