Wednesday, October 30, 2024
Jurnal Nusantara
HomeDaerahSarasehan Batik Mukti Manunggal Sleman: Menggali Sinergi Desain, Batik dan Kehidupan

Sarasehan Batik Mukti Manunggal Sleman: Menggali Sinergi Desain, Batik dan Kehidupan

JURNALNUSANTARA.NET – Asosiasi Batik Mukti Manunggal Sleman bersama Sembada Institute menggelar acara sarasehan batik pada hari Rabu, 23 Oktober 2024, di Pendopo Omah Batik Sekar Turi, Gatak Klegung, Donokerto, Sleman, DIY.

Acara yang dihadiri oleh Ketua asosiasi, Endang Wilujeng bersama pengurus dan 50 anggota pengrajin batik Sleman ini mengangkat tema yang menarik, “Desain, Batik, dan Kehidupan,” yang membahas bagaimana desain dan seni batik tidak hanya sekadar produk budaya, tetapi juga bagian dari kehidupan dan keseharian.

Narasumber utama dalam sarasehan ini adalah Itock Van Diera, pemerhati batik sekaligus pekerja seni dan arsitek desain interior, serta Ahmad Barokah, seorang desainer batik terkemuka. Diskusi yang berlangsung dinamis ini dipandu oleh Pustopo, mantan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sleman yang kini menjadi penasihat tim Sembada Institute.

Desainer batik, Ahmad Barokah membuka wawasan dan mengajak para pengrajin batik, peserta sarasehan untuk dapat terus berinovasi dengan pola-pola baru yang tetap mempertahankan unsur tradisi dalam membatik.

“Jangan kuatir desain itu tidak akan habis, kita bisa mengeksplorasi ide-ide segar dalam merancang motif batik yang relevan dengan kehidupan modern tanpa melupakan akar budaya”, ujar Barokah.

“Di Kabupaten Sleman sendiri banyak sdm yang mampu mengembangkan desain, pada dasarnya membuat desain itu kan dari melihat, mencermati, mencontoh, menambahi, mengurangi dan kemudian menggabungkan, kalau bisa mengolah itu saja, sudah luar biasa,” tambahnya.

Disisi lain, Itock Van Diera mengulas bagaimana desain batik dapat berkembang seiring dengan modernisasi tanpa kehilangan jati diri budaya. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antar pengrajin, desainer, seniman dan juga regulator dalam hal ini pemerintah untuk dapat menjaga kelestarian batik, sekaligus menjadikannya relevan di era kontemporer.

“Menikmati hasil desain dalam berpameran menurut pengalaman saya ada tiga golongan yang tidak bisa disatukan yaitu orang muda, seniman atau budayawan dan birokrat karena mereka masing – masing memilki penafsiran sendiri tentang sebuah desain dalam pameran, ” ungkap Itock.

“Selain masalah desain, yang paling penting untuk menjaga kelestarian batik berikut para pengrajin batik di Sleman ini adalah bagaimana peran dan komitmen para birokratnya sebagai regulator dalam mengambil kebijakan terkait itu semua, “ imbuhnya.

Sarasehan ini tidak hanya menjadi ajang bertukar ilmu, tetapi juga menjadi ruang bagi para pengrajin batik khususnya anggota Asosiasi Batik Mukti Manunggal untuk mendapatkan inspirasi baru, memperkuat jaringan, dan memperdalam pemahaman tentang bagaimana desain, seni, dan kehidupan saling terkait dalam dunia batik. (rmd)

BERITA TERKAIT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

berita populer

komentar terbaru