Wednesday, June 4, 2025
Jurnal Nusantara
HomeKesehatanAtasi DBD di Kota Yogyakarta melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik

Atasi DBD di Kota Yogyakarta melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik

JURNALNUSANTARA.NET – Curah hujan yang tak kunjung reda membuat populasi nyamuk aedes aegypti semakin meningkat yang berdampak pada peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta hingga tanggal 26 Mei 2025 jumlah kasus penderita DBD sejumlah 161 penderita. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan sepanjang tahun 2024 yang berjumlah 301 penderita.

Untuk itu, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan melibatkan setiap rumah untuk memiliki seorang ‘Juru Pemantau Jentik’ (Jumantik) untuk memantau dan memberantas sarang nyamuk di sekitar rumah, serta mengedukasi anggota keluarga tentang pentingnya Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN).

“Sejak bulan Januari hingga Mei ini curah hujan intensitasnya cukup tinggi, namun pada bulan April cenderung panas dan kemudian hujan lagi. Hal ini memang menjadi catatan dan perhatian kita semua. Kalau kita terlena tidak melakukan PSN maka kenaikan jumlah kasus DBD akan semakin meningkat,” jelas Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (26/5/2025).

Ia mengungkapkan, walaupun Kota Yogyakarta berada di peringkat lima jumlah penderita DBD di DIY, diharapkan masyarakat Kota Yogyakarta terus menggalakan PSN dan menerapkan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan obat nyamuk dan memasang kelambu saat tidur.

Hal ini menjadi langkah untuk mencegah gigitan nyamuk aedes aegypti.

“Dinas Kesehatan juga melakukan berbagai upaya seperti edukasi terus menerus melalui infografis dan berkoordinasi langsung bersama tim surveilen gerak cepat di puskesmas maupun di kelurahan. Selain itu, kami juga melakukan edukasi langsung kepada masyarakat serta membackup abate dari DIY,” ungkapnya.

Selain menjalankan PSN, langkah terakhir jika DBD meningkat bisa dengan melakukan fogging. Namun fogging tidak bisa dilakukan secara terus menerus.

“Karena yang mati dengan fogging adalah nyamuk dewasa, nah jentik-jentiknya suatu saat juga menjadi dewasa. Sehingga penggunaan fogging ini memang kami batasi. Selain itu, fogging memiliki zat-zat kimia yang dapat mengganggu kesehatan kalau terus menerus dilakukan yang bisa menimbulkan kekebalan pada nyamuk tersebut,” katanya.

Ia berharap, masyarakat Kota Yogyakarta terus bersemangat dalam menggalakan PSN di cuaca seperti ini.

“Jadi tolong untuk warga, bersama-sama melakukan PSN.Tidak hanya di dalam rumah tetapi di lingkungan sekitar rumah yang memungkinkan ada genangan air mulai dari barang bekas, plastik tidak dipakai untuk dilihat dan bersihkan,” imbuhnya.

Peningkatan DBD juga dirasakan di wilayah Kotagede. Kepala Puskesmas Kotagede II, Yusnita Susila Astuti mengatakan, hingga bulan Mei 2025 ada disekitar 11 kasus DBD di wilayahnya.

Jika dibandingkan dengan tahun 2024 jumlah suspek penderita demam berdarah dengue dari bulan Januari-Desember 2024 sebanyak 17 orang. Sehingga kasus DBD di wilayah Puskesmas Kotagede II untuk tahun 2025 meningkat.

“Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk serta dukungan lintas sektor, angka kejadian Demam Berdarah Dengue dapat ditekan. Sehingga tidak terjadi peningkatan kasus, terutama saat musim hujan tiba ataupun di musim sekarang kemarau basah, dimana hujan masih cukup sering terjadi,” katanya.

Ia menambahkan, telah berkoordinasi dengan surveilans epidemiologi untuk mendeteksi secara dini peningkatan kasus DBD di wilayah Puskesmas Kotagede II dengan memonitoring laporan kasus DBD di fasilitas kesehatan.

Selain itu, juga melakukan pelacakan kasus dan penyelidikan epidemiologi (PE) serta melakukan pemetaan wilayah endemis, sporadis, atau bebas DBD.

“Kami berharap, pengendalian juga dibantu oleh lintas sektor. Sehingga, dapat memperkuat pengendalian DBD melalui kerjasama antarlembaga. Salah satunya terus menggalakan program seperti Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik,” tambahnya. (*)

BERITA TERKAIT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

berita populer

komentar terbaru